Menjadi moderator pada acara bedah buku dengan menghadirkan Bapak Musliar Kasim-Beliau pernah menjabat sebagai Wamendikbud-bagi saya sebuah kehormatan dan pengalaman yang tak terlupakan. Kebahagian kian bertambah bahwa salah satu buku yang dibedah merupakan hasil jerih payah teman seprofesi-seperjuangan, Taufikurrahman-guru MAN 2 Model Banjarmasin itu-dengan judul bukunya, “Tanah Banjar, Intelektualisme yang Tak Pernah Mati”
Mengapa mesti bahagia? Sebab pada kenyataannya tidak banyak guru yang mampu menghasilkan karya tulis lebih-lebih berupa buku. Barangkali dalam setiap sekolah hanya terdapat satu atau dua orang guru yang mahir dalam bidang kepenulisan.
Padahal, profesi guru adalah profesi yang digugu dan ditiru. Jika kita sampai saat ini masih meragukan kadar ke-produktif-an hasil karya tulisan mereka, masih mempertanyakan kemampuan menulisnya. Lantas bagaimana dengan nasib anak didiknya. Suri tauladan apa yang dapat ditularkan kepada mereka? Sampai pada konteks ini, saya menyukai ungkapan dari Ahmad Hanafiyah dalam bukunya “Madrasah Literasi” yang menuliskan, “Gurunyanya saja tidak rajin menulis, bagaimana siswanya mau menulis…?
Dari realitas itu, wajar kiranya jika pemerintah membuat kebijakan yang telah diundangkan dalam regulasi melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang salah satunya berupa pembiasaan membaca senyap buku nonpelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Regulasi ini sekaligus menjadi payung hukum pelaksanaan pembiasaan membaca di berbagai tingkat sekolah.
Gegap gempita munculnya peraturan ini mewabahkan pilar dengan kemunculan berbagai program bernuansa literasi pada berbagai sekolah dan berbagai jenjang tingkatan. Diantaranya program pojok baca di sudut sekolah SMPN 3 Tigaraksa, taman baca di SMP 1 Cisoka, budaya baca di SMPN Kelapa Dua, Pak Kumis Membaca yang diartikan pagiku kamis membaca dari SDN 04 Ciruas Serang Banten.
Lantas bagaimana geliat sekolah/madrasah di Banua kita? Setali tiga uang, MAN 2 Model Banjarmasin-salah satu contohnya-membuat program dengan sebutan buncu baca-mirip-mirip dengan pojok baca yang ada di sekolah lain. Gerakan Buncu Baca ini dicetuskan oleh guru-guru rumpun Bahasa Indonesia. Sejak itu, ramailah dunia keliterasian di madrasah tersebut. Awal-awal mereka meluncurkan Bulletin Madrasah yang diresmikan langsung oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Prov.Kal-Sel yang terselip pada perayaan Hari Ulang Tahun Madrasah. Jauh-jauh sebelumnya, madrasah ini sudah mampu menerbitkan majalah sendiri.
Sukses dengan hal tersebut, madrasah ini kembali me-launching Jurnal Ilmiah Ta’limuna. Jurnal itu sendiri terbit dengan tujuan mewadahi hasil penelitian para guru sebagai bentuk karya ilmiah. Kehadiran jurnal ini hasil kerjasama dengan dua lembaga pendidikan tinggi ternama yang ada di Kal-Sel yakni Universitas Lambung Mangkurat dan UIN Antasari.
Hasil dari semua itu, kolom-kolom opini di media massa lokal yang terbit mulai dihiasi tulisan dari para guru madrasah yang beralamat di Jalan Pramuka tersebut. Dan puncaknya, adalah dengan terbitnya lima buku dari beberapa guru pengajar serta satu buku kumpulan cerpen hasil karya siswa.
Geliat literasi yang saya paparkan itu terjadi sepanjang kurun waktu tahun 2016. Itu artinya, semua kegiatan tersebut berlangsung satu tahun pasca dikeluarkannya peraturan menteri terkait dunia keliterasian. Tahun-tahun berikutnya, kegiatan keliterasian di berbagai sekolah/madrasah dan berbagai jenjang mulai tak terdengar, sepi-senyap kalaupun tidak ingin dikatakan telah mati suri.
Tentunya ada banyak penyebab dari semua kemunduran ini. Masing-masing dari kita atau bahkan masing-masing dari madrasah dapat mengemukakan alibinya tersendiri. Dan pada tataran kearifan, sangat tak elok jika kita hanya berkonfrontasi pada batasan alasan. Yang jelas, pada moment tersebut kadang saya berpikir sendiri, “Kita terlalu sering memperhatikan kulit dibanding isi.” Heboh di awal dan kemudian terkapar setelahnya.”
Penulis :
Oleh Akhmad Hasbi Wayhie, M.Pd
Merupakan Tenaga Pendidik MAN 4 Banjar
Views: 154
Beri Komentar